Minggu, 09 Desember 2012

MAKALAH (ALKOHOL DAN NARKOBA)

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Epidemiologi Alkohol
           Diperkirakan lebih dari 85 persen penduduk di AS pernah menkomsumsi alkohol sekurang-kurangnya satu kali dalam seumur hidupnya dan sekitar 51 persen dari semua orang dewasa di AS merupakan pengguna alkohol yang cukup rutin hingga sekarang ini. Penyalahgunaan alkohol lebih umum terjadi di masyarakat yang berpendapatan rendah dan kurangnya pendidikan.
       Sekurang-kurangnya terdapat 200.000 kematian yang berhubungan dengan alkohol tiap tahunnya. Penyebab kematian yang sering adalah bunuh diri, kanker, penyakit jantung dan penyakit hati. Kelompok usia dengan presentasi penggunaan alkohol tertinggi adalah antara 20 tahun hingga 35 tahun. Sedangkan dari jenis kelamin, laki-laki secara bermakna lebih mungkin menggunakan alkohol daripada wanita. Dari segi ras, penggunaan alkohol lebih banyak terdapat pada kaum kulit putih dibandingkan dengan kaum kulit hitam.
          Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengumpulkan data tentang konsumsi alkohol dan kebijakan pengendalian yang ada alkohol dari negara-negara anggota sejak tahun 1996. Instrumen survei saat ini berjudul "Global Survei Alkohol dan Kesehatan" mencakup tiga bagian, yaitu kebijakan alkohol, pasokan alkohol dan konsumsi, dan indikator kesehatan. Informasi yang diberikan oleh Negara Anggota sangat penting untuk penyusunan Laporan Status Global Alkohol dan Kesehatan serta untuk publikasi daerah. Selain itu, di samping mengumpulkan informasi yang sebanding pada tingkat global, survei ini berperan dalam mengembangkan sistem informasi regional dan global pada alkohol dan kesehatan, seperti yang diminta oleh Resolusi Majelis Kesehatan Dunia pada masalah  kesehatan  masyarakat yang disebabkan oleh penggunaan berbahaya alkohol.

Epidemiologi Narkoba
          Sekitar 4,2% penduduk usia 15-64 tahun pengguna narkoba, 88% laki-laki dan 12% perempuan. Data BNN dan UI, sebanyak 1,5% (3,2 juta) dari 200 juta penduduk indonesia menjadi pelaku penyalahgunaan narkoba pada tahun 2005 Sekitar 30 hingga 40 orang meninggal setiap hari akibat penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dari perkiraan pengguna narkoba sekitar 3,2 juta jiwa.
 
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
  1. Apa pengertian Alkohol dan Narkoba ?
  2. Bagaimanaa Patofisiologi Alkohol ?
  3. Apa akibat penyalahgunaan Narkoba ?
  4. Apa Akibat/Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Penyalahgunaan Narkoba Pada Kehidupan & Kesehatan Manusia ?
  5. Bagaimana Pengaruh alkohol ?
  6. Bagaimana Akibat Penggunaan Alkohol ?
  7. Apa saja Efek Efek Narkoba ?
  8. Bagaimana Upaya pencegahan ?
  9. Bagaimana cara pengobatannya ?
  10. Bagaimana cara penanggulangan Narkoba ?
  11. Bagaimana cara memberantas narkoba ?

Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini yaitu :
  1. Mengetahui pengertian Alkohol dan Narkoba
  2. Mengetahui Bagaimanaa Patofisiologi Alkohol
  3. Mengetahui akibat dari penyalahgunaan Narkoba
  4. Mengetahui Apa Akibat/Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Penyalahgunaan Narkoba Pada Kehidupan & Kesehatan Manusia
  5. Mengetahui Bagaimana Pengaruh alkohol
  6. Mengetahui Bagaimana Akibat Penggunaan Alkohol
  7. Mengetahui Apa saja Efek Efek Narkoba
  8. Mengetahui Bagaimana Upaya pencegahannya
  9. Mengetahui bagaimana cara pengobatannya
  10. Mengetahui bagaimana cara penanggulangan Narkoba
  11. Mengetahui bagaimana cara memberantas narkoba


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Alkohol
      Gangguan individu dalam menjalankan Fungsinya baik secara sosial, keluarga, pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol adalah salah satu gangguan berhubungan yang paling sering, serius dan berbahaya di dalam masyarakat kita. Biaya langsung dan tidak langsung yang telah dikeluarkan untuk gangguan ini diperkirakan lebih dari 150 milyar dolar.
      Sering ditemukan gangguan pada hati, jantung, pancreas dan perdarahan saluran pencernaan dikarenakan penyalahgunaan alkohol. Penggunaan alkohol secara rutin dapat menyebabkan gangguan pada berbagai organ dan juga dipercayai menjadi salah satu penyebab kanker yang sedang diteliti. Istilah penyalahgunaan alkohol yang sering digunakan adalah alkoholism.

2.1.2 Pengertian Narkoba
    Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Istilah napza biasanya lebih banyak dipakai oleh para praktisi kesehatan dan rehabilitasi. Akan tetapi pada intinya pemaknaan dari kedua istilah tersebut tetap merujuk pada tiga jenis zat yang sama.
      Menurut UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika disebutkan pengertian Narkotika adalah Narkotika adalah “zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”.
Psikotropika adalah “zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”.
       Bahan adiktif lainnya adalah “zat atau bahan lain bukan narkotika dan psikotropika yang berpengaruh pada kerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan”

2.2 Patofisiologi Alkohol
         Gangguan berhubungan dengan alkohol seperti hampir semua dengan keadaan psikiatri yang lainnya, mewakilii suatu kelompok yang heterogen, dan pada setiap kasus individual bervariasi penyebabnya yang meliputi faktor Psikososial, faktor keturunan faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Alkohol di dalam tubuh mempengaruhi hampir setiap sitem organ dan di dalam dosis tinggi dapat menyebabkan koma atau kematian. Alkohol mempengaruhi beberapa system saraf, termasuk opiate, GABA, glutamate, serotonin dan dopamine. Peningkatan kadar opiate di dalam darah menjelaskan efek bahagia di dalam alkohol yang juga diterangkan oleh peningkatan GABA yang mempengaruhi efek mengantuk / sedative dan tenang.

2.3 Akibat Penyalahgunaan Narkoba   
         Berikut beberapa efek samping penyalahgunaan narkoba pada organ tubuh, seperti dikutip NIDA (National Institute On Drug Abuse) dalam situsnya:
HIV, Hepatitis dan Beberapa Penyakit Menular Lainnya
  • Penyalahgunaan narkoba tidak hanya melemahkan sistem kekebalan tubuh seseorang, tetapi hal itu juga kerap dikaitkan dengan berbagai perilaku berbahaya seperti pemakaian jarum suntik secara bergantian, dan perilaku seks bebas. Kombinasi dari keduanya akan sangat berpotensi meningkatkan resiko tertular penyakit HIV/AIDS, hepatitis, dan beragam penyakit infeksi lainnya. Perilaku berbahaya tersebut biasanya berlaku bagi penggunaan narkoba berjenis heroin, kokain, steroid, dan methamphetamin.
Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
  • Para peneliti telah menemukan semacam korelasi antara penyalahgunaan narkoba (dalam berbagai frekuensi penggunaan) dengan kerusakan fungsi jantung, mulai dari detak jantung yang abnormal sampai dengan serangan jantung. Penyuntikan zat-zat psikotropika juga dapat menyebabkan kolapsnya saluran vena, serta resiko masuknya bakteri lewat pembuluh darah dan klep jantung. Beberapa jenis narkoba yang dapat merusak kinerja sistem jantung antara lain kokain, heroin, inhalan, ketamin, LSD, mariyuana, MDMA, methamphetamin, nikotin, PCP, dan steroid.
Penyakit Gangguan Pernapasan
  • Penyalahgunaan narkoba juga dapat menyebabkan beragam permasalahan sistem pernapasan. Merokok, misalnya, sudah terbukti merupakan penyebab penyakit bronkhitis, emphysema, dan kanker paru-paru. Begitu pula dengan menghisap mariyuana yang bisa membawa dampak lebih parah lagi. Penggunaan sejumlah zat psikotropika juga dapat mengakibatkan lambatnya pernapasan, menghalangi udara segar memasuki paru-paru yang lebih buruk dari gejala asma.
Penyakit Nyeri Lambung
  • Dari efek merugikan yang ditimbulkannya, beberapa kasus penyalahgunaan narkoba juga diketahui dapat menyebabkan mual dan muntah beberapa saat setelah dikonsumsi. Penggunaan kokain juga dapat mengakibatkan nyeri pada lambung.
Penyakit Kelumpuhan Otot
  • Penggunaan steroid pada masa kecil dan masa remaja, menghasilkan hormon seksual melebihi tingkat sewajarnya, dan mengakibatkan pertumbuhan tulang terhenti lebih cepat dibanding saat normal. Sehingga tinggi badan tidak maksimal, bahkan cenderung pendek. Beberapa jenis narkoba juga dapat mengakibatkan kejang otot yang hebat, bahkan bisa berlanjut pada kelumpuhan otot.
Penyakit Gagal Ginjal
  • Beberapa jenis narkoba juga dapat memicu kerusakan ginjal, bahkan menyebabkan gagal ginjal, baik secara langsung maupun tak langsung akibat kenaikan temperatur tubuh pada tingkat membahayakan sampai pada terhentinya kinerja otot tubuh.
Penyakit Neurologis
  • Semua perilaku penyalahgunaan narkoba mendorong otak untuk memproduksi efek euforis. Bagaimanapun, beberapa jenis psikotropika juga memberikan dampak yang sangat negatif pada otak seperti stroke, dan kerusakan otak secara meluas yang dapat melumpuhkan segala aspek kehidupan pecandunya. Penggunaan narkoba juga dapat mengakibatkan perubahan fungsi otak, sehingga menimbulkan permasalahan ingatan, permasalahan konsentrasi, serta ketidakmampuan dalam pengambilan keputusan.
Penyakit Kelainan Mental
  • Penyalahgunaan narkoba yang sudah sampai pada level kronis dapat mengakibatkan perubahan jangka panjang dalam sel-sel otak, yang mendorong terjadinya paranoia, depresi, agresi, dan halusinasi.
Penyakit Kelainan Hormon
  • Penyalahgunaan narkoba dapat mengganggu produksi hormon di dalam tubuh secara normal, yang mengakibatkan kerusakan yang dapat dipulihkan sekaligus yang tidak dapat dipulihkan kembali. Semua perusakan ini meliputi kemandulan dan penyusutan testikel pada pria, sebagaimana juga efek maskulinisasi yang terjadi pada wanita.

Penyakit Gangguan Kehamilan
  • Efek keseluruhan akibat ketergantungan narkoba terhadap kesehatan janin yang dikandung memang tidak diketahui. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa penyalahgunaan narkoba dapat menyebabkan kelahiran prematur, keguguran, penurunan berat bayi, serta berbagai permasalahan perilaku maupun kognitif pada bayi di kemudian hari.
Permasalahan Kesehatan Lainnya
  • Sebagai tambahan dari berbagai penjelasan tentang penyakit yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba di atas, perlu diketahui pula bahwa semua jenis narkoba tersebut memiliki potensi merubah fungsi tubuh secara keseluruhan. Termasuk diantaranya perubahan selera makan dan peningkatan suhu tubuh secara dramatis yang bisa melumpuhkan kesehatan dalam waktu singkat. Tidak cukup sampai disitu, zat psikotropika berpotensi menimbulkan kelelahan yang berkepanjangan, mengombang-ambingkan perasaan, kepenatan mendalam, perubahan selera makan, nyeri pada otot dan tulang, hilang ingatan, diare, keringat dingin, dan muntah-muntah.
2.4 Akibat/Dampak Langsung Dan Tidak Langsung Penyalahgunaan Narkoba Pada Kehidupan & Kesehatan Manusia
         Narkotika dan obat terlarang serta zat adiktif / psikotropika dapat menyebabkan efek dan dampak negatif bagi pemakainya. Danmpak yang negatif itu sudah pasti merugikan dan sangat buruk efeknya bagi kesehatan mental dan fisik.
Meskipun demikian terkadang beberapa jenis obat masih dipakai dalam dunia kedokteran, namun hanya diberikan bagi pasien-pasien tertentu, bukan untuk dikonsumsi secara umum dan bebas oleh masyarakat. Oleh karena itu obat dan narkotik yang disalahgunakan dapat menimbulkan berbagai akibat yang beraneka ragam.
  1. Dampak Tidak Langsung Narkoba Yang Disalahgunakan
  • Akan banyak uang yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan perawatan kesehatan pecandu jika tubuhnya rusak digerogoti zat beracun.
  • Dikucilkan dalam masyarakat dan pergaulan orang baik-baik. Selain itu biasanya tukang candu narkoba akan bersikap anti sosial.
  • Keluarga akan malu besar karena punya anggota keluarga yang memakai zat terlarang.
  • Kesempatan belajar hilang dan mungkin dapat dikeluarkan dari sekolah atau perguruan tinggi alias DO / drop out.
  • Tidak dipercaya lagi oleh orang lain karena umumnya pecandu narkoba akan gemar berbohong dan melakukan tindak kriminal.
  • Dosa akan terus bertambah karena lupa akan kewajiban Tuhan serta menjalani kehidupan yang dilarang oleh ajaran agamanya.
  • Bisa dijebloskan ke dalam tembok derita / penjara yang sangat menyiksa lahir batin.
Biasanya setelah seorang pecandu sembuh dan sudah sadar dari mimpi-mimpinya maka ia baru akan menyesali semua perbuatannya yang bodoh dan banyak waktu serta kesempatan yang hilang tanpa disadarinya. Terlebih jika sadarnya ketika berada di penjara. Segala caci-maki dan kutukan akan dilontarkan kepada benda haram tersebut, namun semua telah terlambat dan berakhir tanpa bisa berbuat apa-apa.

2. Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
  • Gangguan pada jantung
  • Gangguan pada hemoprosik
  • Gangguan pada traktur urinarius
  • Gangguan pada otak
  • Gangguan pada tulang
  • Gangguan pada pembuluh darah
  • Gangguan pada endorin
  • Gangguan pada kulit
  • Gangguan pada sistem syaraf
  • Gangguan pada paru-paru
  • Gangguan pada sistem pencernaan
  • Dapat terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti HIV AIDS, Hepatitis, Herpes, TBC, dll.
Dan banyak dampak lainnya yang merugikan badan manusia.

3. Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia
  • Menyebabkan depresi mental.
  • Menyebabkan gangguan jiwa berat / psikotik.
  • Menyebabkan bunuh diri
  • Menyebabkan melakukan tindak kejehatan, kekerasan dan pengrusakan.
2.5 Pengaruh  Alkohol
      Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia.  Yang sering dikonsumsi  adalah minuman yang mengandung bahan sejenis alkohol, biasanya adalah ethyl alcohol atau ethanol (CH3CH2OH ).  Bahan ini dihasilkan dari proses fermentasi gula yang dikandung  dari malt dan beberapa buah-buahan seperti hop, anggur dan sebagainya.
Beberapa jenis minuman dan kandungan alkoholnya :
  • Beer             :  2 – 8 %
  • Dry wine         :  8 – 14 %
  • Vermouth         :  18 – 20 %
  • Cocktail wine         :  20 – 21 %
  • Cordial         :  25 – 40 %
  • Spirits             :  40 – 50 %

2.6 Akibat Penggunaan Alkohol :

       Bila seseorang mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, zat tersebut. diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. 
Besar akibat alkohol tergantung pada berbagai faktor, antara lain berat tubuh, usia, gender, dan sudah tentu frekuensi dan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
  • Efek moderat :  euphoria  ( perasaan gembira dan nyaman ), lebih banyak bicara dan rasa pusing
  • Efek setelah minum dalam jumlah besar :
  • Banyak sekali berbicara
  • nausea  ( ‘neg )
  • muntah
  • sakit kepala, pusing
  • rasa haus
  • rasa lelah
  • disorientasi
  • tekanan darah menurun
  • refleks melambat
Akibat Penggunaan – Jangka Panjang :
  • Kegelisahan
  • Gemetar / tremor
  • Halusinasi
  • Kejang-kejang
  • Bila disertai dengan nutrisi yang buruk, akan merusak organ vital seperti otak dan hati 
Catatan :
- Sangat potensial menimbulkan rasa ketagihan / ketergantungan
- Semakin lama penggunaan, toleransi tubuh semakin besar sehingga untuk mendapatkan efek yang sama, semakin lama semakin besar dosisnya.
Bila ibu yang hamil mengkonsumsi, akan mengakibatkan bayi yang memiliki resiko lebih tinggi terhadap hambatan perkembangan mental dan ketidak-normalan lainnya, serta beresiko lebih besar menjadi pecandu alkohol saat dewasanya.

2.7 Efek Efek Narkoba
         Halusinogen, efek dari narkoba bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber- halusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LTD.
Stimulan , efek dari narkoba yang bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu
        Adiktif , Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak ganja , heroin , putaw
Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian

Upaya Pencegahan
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba. Ada tiga tingkat intervensi, yaitu
Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan, penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga, dll. Instansi pemerintah, seperti halnya BKKBN, lebih banyak berperan pada tahap intervensi ini. kegiatan dilakukan seputar pemberian informasi melalui berbagai bentuk materi KIE yang ditujukan kepada remaja langsung dan keluarga.
Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan (treatment). Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal (initialintake)antara 1 – 3 hari dengan melakukan pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik, antara 1 – 3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan adiktif secara bertahap.
Tertier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12 bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan alternatif, dll.

2.9 Pengobatan
         Setiap Rumah Sakit Rehabilitasi Narkoba memiliki program khusus bagi bagi korban narkotika, zat adiktif dan psikotropika, berikut ini beberapa metode yang umum diterapkan di Rumah Sakit Rehabilitasi
2.9.1 Analisa Tingkat Ketergantungan
       Menganalisa tingkat ketergantungan korban pada narkotika, zat adiktif dan psikotropika, untuk menentukan tingkat pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si korban, sehingga teraphy dan metode pengobatan bisa terukur.

2.9.2 Pembersihan Racun/Detoksifikasi
     Fase pembersihan darah dan sirkulasi organ-organ tubuh lainnya pada tubuh pencandu dari narkotika, psikotropika atau zat adiktif lainnya, sehingga darah menjadi bersih dan sistem metabolisme tubuh kembali normal. Proses ini dapat dilakukan melalui cara-cara berikut :
Cold Turkey (abrupt withdrawal) yaitu proses penghentian pemakaian Narkoba secara tiba-tiba tanpa disertai dengan substitusi antidotum.
Bertahap atau substitusi bertahap, misalnya dengan Kodein, Methadone, CPZ, atau Clocaril yang dilakukan secara tap off (bertahap) selama 1 - 2 minggu.
Rapid Detoxification: dilakukan dengan anestesi umum (6 - 12 jam).
Simtomatik: tergantung gejala yang dirasakan.

2.10 Penanggulangan Narkoba
    Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba saat ini menjadi masalah yang sangat memprihatinkan dan semakin meningkat serta merupakan masalah bersama antara yang melibatkan pemerintah dan masyarakat sehingga memerlukan suatu strategi yang melibatkan seluruh bangsa dalam suatu gerakan bersama untuk melaksanakan strategi dalam menanggulangi Narkoba di negara kita ini. sebagai berikut:
  • Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
         Mencegah penyalahgunaan narkoba dengan meningkatkan kapasitas pada bidang terkait, meningkatkan kualitas seorang aparat, n menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan peran aktif seluruh  masyarakat melalui lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar, mahasiswa dan pemuda, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. (Pendidikan, Kesehatan sosial, Sosial-Akhlak, Sosial-pemuda & OR Ekonomi-Tenaga Kerja). Mencegah terjadinya penyalahgunaan dan perredaran gelap, dengan upaya-upaya yang berbasiskan masyarakat mendorong dan menggugah kesadaran, kepedulian dan peran serta aktif seluruh komponen masyarakat dengan motto yang menjadi pendorong semangat adalah ”Mencegah Lebih baik Daripada Mengobati”
        menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor yang mendorong timbulnya kesempatan atau peluang untuk melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dengan usaha kegiatan menciptakan kesadaran, kepedulian, kewaspadaan,  prilaku dan hidup sehat tanpa narkoba.
  • Strategi Nasional Usaha Promotif
       Usaha-usaha promotif dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan pembinaan dn pengembangan lingkungan masyarakat bebas narkoba, pembinaan dan pengembangan pola hidup sehat, beriman, kegiatan positif, produktif, konstruktif dan kreatif.
  • Strategi nasional untuk komunikasi, Informasi dan Pendidikan Pencegahan.
       Pencegahan penyalahgunaan narkoba terutama diarahkan kepada generasi muda (anak, remaja, pelajar, pemuda, dan mahasiswa). Penyalahgunaan sebagai hasil interaksi individu yang kompleks dengan berbagai elemen dari lingkungannya, terutama dengan orng tua, sekolah, lingkungan masyarakat dan remajapemuda lainnya, oleh karena itu Strategi informasi dan Pendidikan Pencegahan dilaksanakan melalui 7 (Tujuh) jalur yaitu :
Keluarga, dengan sasaran orang tua, anak, pemuda, remaja dan anggota keluarga lainnya.
Pendidikan, sekolah maupun luar sekolahdengan kelompok sasaran gurutenaga pendidikan dan peserta didikwarga belajar baik secara kurikuler maupun ekstra kurikuler.
Lembaga keagamaan, engan sasaran pemuka-pemuka agama dan umatnya.
Organisasi sosial kemasyarakatan, dengan sasaran remajapemuda dan masyarakat.
Organisasi Wilayah Pemukiman (LKMD, RT,RW), dengan sasaran warga terutama pemuka masyarakat dan remaja setempat.
Unit- unit kerja, dengan sasaran Pimpinan, Karyawan dan keluargannya.
Mass Media baik elektronik, cetak dan Media Interpersonal (Talk show dan dialog interaktif), dengan sasaran luas maupun individu.

Strategi Nasional untuk Golongan Beresiko Tinggi
Strategi ini disisapkan khusus untk remajapemuda yang beresiko tinggi, yaitu mereka yang memepunyai banyak masalah, yang dengan edukasi preventif saja tidak cukup krena tidak menyentuh permasalahan yang mereka alami. Pada umumnya masalah-masalah tersebut, menyangkut kehidupan keluarga drop outputus sekolah, putus pacar, kehamilan diluar nkah, tekanan kelompok sebaya (peer group), glandangan dan anak terlantar, dan lain-lain.
Strategi Nasional untuk partisipasi Masyarakat
Strategi ini merupakan strategi pencegahan berbasis masyarakat, sebagai upaya untuk menggugah, mendorong dan menggerakan masyarakat untuk sadar, peduli, dan aktif dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Suksesnya strategi ni sangat tertanggung pada partisispasi masyarakat dalam usaha-usaha promotif, edukasi prevensi, dan penanganan golongan beresiko tinggi. Kekuatan-kekuatan didalam masyarakat di mobilisir untuk secara aktif menyelenggarakan program-program dibidang-bidang tersebut diatas.
2.11 Pemberantasan Narkoba
Inilah akar persoalan dari NARKOBA, jelas terlihat  tentang merebaknya narkoba itu merupakan akibat  dari tatanan masyarakat yang tidak didasarkan pada Islam. Ideologi Kapitalime-Sekularisme, yang membuat masyarakat ini menjadi bobrok moralitasnya. Hanya Islam yang terbukti bisa membasmi narkoba sampai ke akarnya. Dalam memberantas narkoba dan dalam menerapkan seluruh hukumnya Islam memperhatikan tiga, faktor, yaitu : faktor individu, faktor pengawasan masyarakat, dan faktor negara.
Oleh karena itu, langkah yang dilakukan untuk memberantas narkoba adalah:
Menumbuhkan Ketakwaa Masyarakat. Perbuatan manusia ditentukan oleh prinsip-prinsip kehidupan yang diyakininya. Keyakinan tentang keberadaan Allah SWT, bahwa Allah SWT satu-satunya dzat yang menciptakan dunia dan isinya termasuk dirinya, bahwa Allah senantiasa menyaksikan setiap perbuatan yang dikerjakan manusia, bahwa Allah SWT telah menurunkan aturan-aturan kehidupan berupa dienul Islam, disertai pula keyakinan bahwa pada hari kiamat manusia seluruh amal perbuatannya dihisab. Seorang muslim yang akan memiliki keyakinan teguh terhadap aqidah Islam akan menghasilkan sebuah pola perilaku yang senantiasa menjadikan Islam sebagai standar dan parameter perbuatannya. Semakin kuat aqidahnya, semakin kokoh prinsip itu dipegangnya, maka semakin tangguh pula kepribadiannya. Jika seseorang sudah memiliki kepribadian Islami yang tangguh, maka ia tidak terpengaruh oleh lingkungannya, seburuk apa pun lingkungan tersebut. Bahkan, ia justru akan berupaya mengubah lingkungan buruk tersebut. Jika pandangan materialistis yang sekarang berkembang menjadikan materi sebagai ukuran kebahagiaan, seorang muslim yang bertaqwa memandang bahwa tercapainya kebahagian adalah ketika ia mengikuti hukum-hukum Allah SWT. Ketakwaan itu tidak hanya pada rakyat. Para penegak hukum juga harus memiliki ketakwaan. Jika tidak mereka akan mudah disuap dengan uang.
Pengawasan Masyarakat. Masyarakat yang saling ma­sa bodoh ada­lah masyarakat yang mudah terjangkit wabah nar­koba. Salah satu ciri sebuah sistem yang sehat dalam kaitannya dengan narkoba (dan berbagai kriminalitas lainnya) adalah minimnya rangsangan untuk melakukan kejahatan. Acara-acara TV yang bisa mempengaruhi pola kehidupan menuju pola hidup materialistis, konsumeris, dan pola-pola yang membahayakan aqidah umat harus dilarang. Kita tidak boleh mendiamkan sebuah kemungkaran terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
Tindakan Tegas Negara. Negara harus melakukan tindakan riil untuk memberantas peredaran narkoba. Dalam kasus narkoba ini negara harus membongkar semua jaringan dan sindikat pengedar narkotika termasuk kemungkinan konspirasi internasional merusak para pemuda dan mengancam pengguna, pengedar dan bandar dengan hukuman yang sangat berat. Hakim-hakim harus bersikap tegas dalam menghukum siapa saja aktor di balik peredaran narkoba, jangan sekali-kali tergoda suap.
Abdurrahaman Al Maliki (nidzomul uquubat hal. 189) menyatakan bahwa setiap orang yang menggunakan narkoba, dikelompokkan sebagai perbuatan kriminal, dan sanksi yang diberikan negara bisa berupa jilid (cambuk) atau penjara hingga lima belas tahun, dan denda yang ukurannya diserahkan kepada qadli.
Masalah narkoba tidak mungkin dapat diatasi secara tuntas kecuali jika menggunakan cara pendekatan yang benar dalam memberantas barang yang merusak itu. Mencermati apa yang terjadi di negara-negara Barat sehubungan masalah narkoba, menunjukkan bahwa mereka tak kunjung mampu mengatasi barang haram ini. Dan memang mustahil mereka bisa secara tuntas menanggulangi narkoba. Ideologi Demokrasi Sekuler yang mereka anut itulah yang menyebabkan kemustahilannya. Dan apabila negeri muslim seperti Indonesia masih terus membebek cara-cara hidup mereka, termasuk dalam mengatasi problem narkoba, sudah pasti ujungnya adalah kehancuran masyarakat, bangsa dan negara.




BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
Gangguan individu dalam menjalankan Fungsinya baik secara sosial, keluarga, pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari yang berhubungan dengan penyalahgunaan dan ketergantungan alkohol adalah salah satu gangguan berhubungan yang paling sering, serius dan berbahaya di dalam masyarakat kita. Sedangkan Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Terminologi narkoba familiar digunakan oleh aparat penegak hukum; seperti polisi (termasuk didalamnya Badan Narkotika Nasional), jaksa, hakim dan petugas Pemasyarakatan. Selain narkoba, sebutan lain yang menunjuk pada ketiga zat tersebut adalah Napza yaitu Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif.
Gangguan berhubungan dengan alkohol seperti hampir semua dengan keadaan psikiatri yang lainnya, mewakilii suatu kelompok yang heterogen, dan pada setiap kasus individual bervariasi penyebabnya yang meliputi faktor Psikososial, faktor keturunan faktor perilaku, dan faktor lingkungan.
Akibat Penyalahgunaan Narkoba yaitu :
Berikut beberapa efek samping penyalahgunaan narkoba pada organ tubuh, seperti dikutip NIDA (National Institute On Drug Abuse) dalam situsnya:
a)    HIV, Hepatitis dan Beberapa Penyakit Menular Lainnya
b)    Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
c)    Penyakit Gangguan Pernapasan
d)    Penyakit Nyeri Lambung
e)    Penyakit Kelumpuhan Otot
f)    Penyakit Gagal Ginjal
g)    Penyakit Neurologis
h)    Penyakit Kelainan Hormon
i)    Penyakit Gangguan Kehamilan
j)    Permasalahan Kesehatan Lainnya
Akibat/dampak langsung dan tidak langsung penyalahgunaan narkoba pada kehidupan & kesehatan manusia
Dampak Tidak Langsung Narkoba Yang Disalahgunakan
Dampak Langsung Narkoba Bagi Jasmani / Tubuh Manusia
Dampak Langsung Narkoba Bagi Kejiwaan / Mental Manusia
Pengaruh Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia.  Yang sering dikonsumsi  adalah minuman yang mengandung bahan sejenis alkohol, biasanya adalah ethyl alcohol atau ethanol (CH3CH2OH ).  Bahan ini dihasilkan dari proses fermentasi gula yang dikandung  dari malt dan beberapa buah-buahan seperti hop, anggur dan sebagainya.
Akibat Penggunaan Alkohol : Bila seseorang mengkonsumsi minuman yang mengandung alkohol, zat tersebut. diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang ada di dalam tubuh. 
Efek Efek Narkoba
Halusinogen,
Stimulan ,
Adiktif ,
overdosis dan akhirnya kematian
Adapun upaya-upaya pencegahan yaitu :
Pencegahan primer
Pencegahan sekunder
Pencegahan tertier
Pengobatan :
Analisa Tingkat Ketergantungan
Pembersihan Racun/Detoksifikasi
Penanggulangan Narkoba
Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
Strategi Nasional Usaha Promotif
Strategi nasional untuk komunikasi, Informasi dan Pendidikan Pencegahan.
Strategi Nasional untuk Golongan Beresiko Tinggi
Strategi Nasional untuk partisipasi Masyarakat
Langkah yang dilakukan untuk memberantas narkoba adalah:
Menumbuhkan Ketakwaa Masyarakat
Pengawasan Masyarakat
Tindakan Tegas Negara

Saran
Adapun yang menjadi saran penulis dalam makalah ini adalah bahwa dengan mengetahui akan bahaya dan dampak dari alkohol dan norkoba ini, kita bisa menghindari yang namanya pergaulan bebas. Dan semua pihak termasuk orang tua, guru, dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman narkoba dan alkohol terhadap anak-anak kita.


DAFTAR PUSTAKA
http://antigadis.wordpress.com/2007/12/31/efek-dari-pada-narkoba/
http://bnp.acehprov.go.id/book/export/html/21
http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba/
http://info-narkotika.blogspot.com/2011/05/pengertian-alkohol.html
http://narkoba-aksara.blogspot.com/
http://nicgarden1.multiply.com/journal/item/6
http://nusaindah.tripod.com/alkohol.htm
http://nusaindah.tripod.com/pengobatannarkoba.htm
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.who.int/substance_abuse/activities/gad/en/&ei=RO7ZTvORHoHYrQfO18iPDQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=6&ved=0CEIQ7gEwBQ&prev=/search%3Fq%3Depidemiologi%2Balkohol%26hl%3Did%26biw%3D1366%26bih%3D634%26prmd%3Dimvnsb
http://unsilster.com/2010/11/jenis-jenis-penyakit-akibat-pemakaian-narkoba-dan-solusi-pencegahan-akibat-narkoba/
http://www.banyuwangikab.go.id/kesehatan/gangguan-berhubungan-dengan-alkohol/4.html




TB

BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah Kesehatan Masyarakat. Di Indonesia maupun diberbagai belahan dunia. Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit menular yang kejadiannya paling tinggi dijumpai di India sebanyak 1.5 juta orang, urutan kedua dijumpai di Cina yang mencapai 2 juta orang dan Indonesia menduduki urutan ketiga dengan penderita 583.000 orang.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2- 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. Perkiraan prevalensi, insidensi dan kematian akibat TBC dilakukan berdasarkan analisis dari semua data yang tersedia, seperti pelaporan kasus, prevalensi infeksi dan penyakit, lama waktu sakit, proporsi kasus BTA positif, jumlah pasien yang mendapat pengobatan dan yang tidak mendapat pengobatan, prevalensi dan insidens HIV, angka kematian dan demografi.
Saat ini Survei Prevalensi TBC yang didanai GFATM telah dilaksanakan oleh National Institute for Health Research & Development (NIHRD) bekerja sama dengan National Tuberculosis Program (NTP), dan sedang dalam proses penyelesaian. Survei ini mengumpulkan data dan dilakukan pemeriksaan dahak dari 20.000 rumah tangga di 30 propinsi. Studi ini akan memberikan data terbaru yang dapat digunakan untuk memperbarui estimasi insidensi dan prevalensi, sehingga diperoleh perkiraan yang lebih akurat mengenai masalah TBC.
Dari data tahun 1997-2004 dan Tingkat Pelaporan 1995 - 2000 terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat pelaporan kasus TBC meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk. Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara perlahan bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun.

2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.    Apa pengertian dari penyakit Tuberculosis ?
2.    Bagaimana Morfologi dan Mycobacterium Tuberculosis ?
3.    Apa yang menjadi agent penular penyakit Tuberculosis ?
4.     Faktor apa saja yang mampengaruhi kejadaian penyakit Tuberculosis ?
5.    Bagaimana cara penularan Penyakit Tuberculosis ?
6.    Bagaimana tanda dan gejala penyakit Tuberculosis ?
7.    Bagaimana cara mendiagnosa penyakit Tuberculosis ?
8.    Bagaimana Manifestasi klinis Penyakit Tuberculosis ?
9.    Bagaimana pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis ?
10.    Bagiamana cara pengobatan Penyakit Tuberculosis ?


3. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.    Untuk Mengetahui pengertian dari penyakit Tuberculosis
2.    Untuk Mengetahui Morfologi dan Mycobacterium Tuberculosis
3.    Untuk Mengetahui agent penular penyakit Tuberculosis
4.    Untuk Mengetahui Faktor apa saja yang mampengaruhi kejadaian penyakit Tuberculosis
5.    Untuk Mengetahui cara penularan Penyakit Tuberculosis
6.    Untuk Mengetahui tanda dan gejala penyakit Tuberculosis
7.    Untuk Mengetahui Diagnosa penyakit Tuberculosis
8.    Untuk Mengetahui Manifestasi klinis Penyakit Tuberculosis
9.    Untuk Mengetahui Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis
10.    Untuk Mengetahui pengobatan Penyakit Tuberculosis


BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Tuberculosis (TB)   
    Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paru-paru sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC dapat juga menyerang kulit, kelenjar limfe, tulang, dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis.

2.2    Morfologi dan Identifikasi Mycobacterium Tuberculosis
1. Bentuk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau agak bengkok dengan ukuran 0,2 - 0,4 x 1-4 um. Pewarnaan Ziehl-Neelsen dipergunakan untuk identifikasi bakteri tahan asam.
2. Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, koloni tampak setelah lebih kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37∘C, tidak tumbuh pada suhu 25∘C atau lebih dari 40∘C. Medium padat yang biasa dipergunakan adalah Lowenstein-Jensen. PH optimum 6,4-7,0.
3. Sifat-sifat.
Mycobacterium tidak tahan panas, akan mati pada 6∘C selama 15-20 menit. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak dapat bertahan 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20∘C selama 2 tahun. Myko bakteri tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit.

2.3    Agent Penular Penyakit  Tuberculosis
Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu (host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi tiga epidemiologi (Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan sebagai penumpunya.
Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit, penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan berubah menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh berbagai faktor berikut :
  •  Agent
         Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat terklasifikasikan (Heinz, 1993).
Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000).
Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C, tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C. Pengetahuan mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran, kemampuan berkembang biak, kematian agent atau daya tahan terhadap pemanasan atau pendinginan.
Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest. Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas agent dapat berubah dan tidak sama derajatnya bagi berbagai host. Berdasarkan sumber yang sama pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah. Infektifitas adalah kemampuan suatu mikroba untuk masuk ke dalam tubuh host dan berkembang biak didalamnya. Berdasarkan sumber yang sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host. Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis paru termasuk tingkat tinggi, jadi kuman ini tidak dapat dianggap remeh begitu saja.
  •  Host
       Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tuberkulosis menular melalui droplet nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang (Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan (1991), menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa menangkap kuman TB. Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000), didapatkan data bahwa ;
Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya.
Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan hanya 1 orang penderita tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik host dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan, pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.
Host atau penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan anthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent menular dalam kondisi alam (lawan dari percobaan). Host untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam penelitia ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah; kekebalan tubuh (alami dan buatan), status gizi, pengaruh infeksi HIV/AIDS.
  • Environment
        Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan fisik terdiri dari; Keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah, persawahan dan lain-lain), kelembaban udara, temperatur atau suhu, lingkungan tempat tinggal. Adapun lingkungan non fisik meliputi; sosial (pendidikkan, pekerjaan), budaya (adat, kebiasaan turun-temurun), ekonomi (kebijakkan mikro dan lokal) dan politik (suksesi kepemimpinan) yang mempengaruhi kebijakan pencegahan dan penanggulangan suatu penyakit.



2.4    Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Tuberculosis

Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan faktor toksis untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti uraian dibawah ini :
  • Faktor Sosial Ekonomi.
         Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
  • Status Gizi.
          Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besi dan lain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
  •  Umur.
           Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usaia produktif (15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
  • Jenis Kelamin.
          Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.

2.5    Cara Penularan Penyakit Tuberculosis
Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman, percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya.2 Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahaknya maka makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Risiko penularan setiap tahun Annual Risk Of Tuberculosis Infection (ARTI) di Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun di antara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi, kemudian sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita tuberkulosis paru, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita tuberkulosis. Dari keterangan tersebut dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1%, maka di antara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 penderita setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA positif.2 Faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita tuberkulosis paru adalah karena daya tahan tubuh yang lemah, di antaranya karena gizi buruk dan HIV/AIDS. HIVmerupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi kuman TB menjadi sakit tuberkulosis paru. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler

2.6    Tanda Dan Gejala
  • Tanda
  1. Penurunan berat badan
  2. Anoreksia
  3. Dispneu
  4. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.

  • Gejala
  1. Demam  :  Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya  tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk. 
  2. Batuk  :   Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering  kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan  sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah  yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
  3. Sesak nafas :   Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru. 
  4. Nyeri dada :   Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
  5. Malaise  :  Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.
2.7    Diagnosa Penyakit Tuberculosis
          Yang seringkali merupakan petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto rontgen dada. Penyakit ini tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam. Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).
Pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulosis adalah:
Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). 2 hari kemudian dilakukan pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi pembengkakand an kemerahan, maka hasilnya adalah positif.
Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan ebuah jarum diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi atau sekitar jantung. Mungkin perlu dilakukan biopsi untuk memperoleh contoh jaringan yang terinfeksi.
Untuk memastikan diagnosis meningitis tuberkulosis, dilakukan pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) terhadap cairan serebrospinalis.
Untuk memastikan tuberkulosis ginjal, bisa dilakukan pemeriksaan PCR terhadap air kemih penderita atau pemeriksaan rontgen dengan zat warna khusus untuk menggambarkan adanya massa atau rongga abnormal yang disebabkan oleh tuberkulosis. Kadang perlu dilakukan pengambilan contoh massa tersebut untuk membedakan antara kanker dan tuberkulosis.
Untuk memastikan diagnosis tuberkulosis pada organ reproduksi wanita, dilakukan pemeriksaan panggul melalui laparoskopi.
Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan pemeriksaan terhadap contoh jaringan hati, kelenjar getah bening atau sumsum tulang.

2.8    Manifestasi klinis Penyakit Tuberculosis

         Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif. Bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala : batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari), malaise, keringat malam, gejala flu, batuk darah, kelelahan, hilang nafsu makan dan penurunan berat badan (Corwin, 2001).
 
2.8.1    Masa Inkubasi
        Adapun masa tunas(masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 - 12 minggu untuk tuberkulosis paru. Pada pulmonair progressif dan extrapulmonair, tuberkulosis biasanya memakan waktu yang lebih lama, sampai beberapa tahun.

2.8.2    Masa Penularan
         Periode potensi penularan, selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak). Beberapa kasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekwat mungkin akan kumat-kumatan dengan sputum positif selama beberapa tahun. Tingkat atau derajat penularan tergantung kepada banyaknya basil tuberkulosis dalam sputum, virulensi atas basil dan peluang adanya pencemaran udara dari batuk, bersin dan berbicara keras secara umum.
Kepekaan untuk terinfeksi penyakit ini adalah semua penduduk, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, tua muda, bayi dan balita. Kepekaan tertinggi pada anak kurang dari tiga tahun terendah pada anak akhir usia 12-13 tahun, dan dapat meningkat lagi pada umur remaja dan awal tua.
 
2.9    Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tuberculosis
        Pencegahan primer Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah tinggi. Selain itu juga bis dilakukan tindakan perlindungan khusus seperti imunisasi BCG, kemoprofilaksis, dan pengontrolan faktor predisposisi.
Pencegahan sekunder Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama ; Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari finansial, materi maupuntenaga. Metode tidak langsung dapat dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat, sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk yang paling efektif. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif dan Chemoprophylaxis pada TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk membatasi kasus baru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan menghindari tekanan psikis.
Pencegahan tersier. Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.

2.10    Pengobatan Penyakit Tuberculosis
          Suatu infeksi tuberkulosis pulmoner aktif seringkali mengandung 1 miliar atau lebih bakteri, sehingga pemberian 1 macam obat akan menyisakan ribuan organisme yang benar-benar resisten terhadap obat tersebut. Karena itu, paling tidak, diberikan 2 macam obat yang memiliki mekanisme kerja yang berlainan dan kedua obat ini akan bersama-sama memusnahkan semua bakteri. Setelah penderita benar-benar sembuh, pengobatan harus terus dilanjutkan, karena diperlukan waktu yang lama untuk memusnahkan semua bakteri dan untuk mengurangi kemungkinan terjadi kekambuhan.
Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu Antibiotik yang paling sering digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol.
Isoniazid, rifampicin dan pirazinamid dapat digabungkan dalam 1 kapsul, sehingga mengurangi jumlah pil yang harus ditelan oleh penderita. Ketiga obat ini bisa menyebabkan mual dan muntah sebagai akibat dari efeknya terhadap hati. Jika timbul mual dan muntah, maka pemakaian obat harus dihentikan sampai dilakukan tes fungsi hati. Jika tes fungsi hati menunjukkan adanya reaksi terhadap salah dari ketiga obat tersebut, maka biasanya obat yang bersangkutan diganti dengan obat yang lain.
Pemberian etambutol diawali dengan dosis yang relatif tinggi untuk membantu mengurangi jumlah bakteri dengan segera. Setelah 2 bulan, dosisnya dikurangi untuk menghindari efek samping yang berbahaya terhadap mata.
Streptomisin merupakan obat pertama yang efektif melawan tuberkulosis, tetapi harus diberikan dalam bentuk suntikan. Jika diberikan dalam dosis tinggi atau pemakaiannya berlanjut sampai lebih dari 3 bulan, streptomisin bisa menyebabkan gangguan pendengaran dan keseimbangan.
Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.
BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini yaitu :
  • Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. 
  • Morfologi dan Identifikasi Mycobacterium Tuberculosis
  1. Bentuk.
  2. Penanaman.
  3. Sifat-sifat.
  • Agent penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering. Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar matahari. 
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk terpapar penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan  faktor  toksis. 
  • Cara penularan  tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.

  • Tanda dan Gejala
  1. Tanda
  • Penurunan berat badan
  • Anoreksia
  • Dispneu
  • Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
  • Gejala
  • Demam
  • Batuk
  • Sesak nafas.
  • Nyeri dada
  • Malaise

  1. Pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulosis adalah:
  • Tes kulit tuberkulin
  • Pemeriksaan dahak
  • Untuk memastikan diagnosis meningitis tuberkulosis, dilakukan pemeriksaan reaksi rantai polimerase (PCR) terhadap cairan serebrospinalis.

  • Gambaran klinis tuberculosis mungkin belum muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.
Masa Inkubasi
Adapun masa tunas(masa inkubasi) penyakit tuberkulosis paru adalah mulai dari terinfeksi sampai pada lesi primer muncul, sedangkan waktunya berkisar antara 4 - 12 minggu untuk tuberkulosis paru.

Masa penularan
Periode potensi penularan, selama basil tuberkel ada pada sputum (dahak). Beberapa kasus tanpa pengobatan atau dengan pengobatan tidak adekwat mungkin akan kumat-kumatan dengan sputum positif selama beberapa tahun.
 
Pencegahan dan Penanggulangan
  • Pencegahan primer
  • Pencegahan sekunder
  • Pencegahan tertier

Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat digunakan yaitu Antibiotik yang paling sering digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pirazinamid, streptomisin dan etambutol. Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat tuberkulosis.
  • Saran
             Adapun yang menjadi saran penulis dalam makalah ini adalah dengan kita telah mengetahui apa itu penyakit Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatannya kita yaitu dengan selalu menjaga lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih, mengingat bahwa penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematiannya masih cukup tinggi.  

DAFTAR PUSTAKA

http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penyakit-tuberkulosis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://jundul.wordpress.com/2008/09/14/penularan-tbc/
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/01/22/memahami-penyakit-tuberkulosis/
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://organisasi.org/penularan-gejala-pencegahan-dan-pengobatan-penyakit-tbc-tb-tuberkulosis
http://turunberatbadan.com/1675/penyebab-tbc-tuberkulosis/
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html
http://www.totalkesehatananda.com/tuberculosis6.html

MAKALAH RABIES (OLEH : NOVALITA JUFRI)

BAB I
PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang keberadaannya. Seorang tokoh di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan fenomena alam dan lingkungannya.
Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang didapat karena fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan kucing serta hewan yang berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa bintang tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.
Rabies ditemukan pada hampir semua negara di dunia, kecuali Australia, Inggris, sebagian besar Skandinovia, Islandia, Yunani, Portugal, Uruguay, Chili, Papua Nugini, Selandia Baru, Brunai, Jepang dan Taiwan. Jumlah kematian karena rabies di seluruh dunia diperkirakan mencapai 55.000 orang pertahun dan terbanyak di negara Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Eurasia. Negara endemis rabies antara lain India, Srilanka, Pakistan, Bangladesh, China, Filipina, Thailand, Indonesia, Meksiko, Brazilia, Amerika Serikat, dan Amerika Tengah. Negara dengan kejadian tertinggi di dunia adalah India dengan 30.000 kasus kematian pertahun atau 3 : 100.000 penduduk (1990 - 2000) kurang lebih 60 % dari kematian karena rabies di seluruh dunia (control rabies India 2003; V (182) 11-15)
Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di Indonesia. Arti penyakit ini tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis (kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-orang yang terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan kunjungan wisatawan.
Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia oleh Schoorl (1884) di Jakarta pada seekor kuda, kemudian oleh JW Esser (1889) di Bekasi pada seekor Kerbau. Setelah Penning (1890) menemukan rabies pada anjing, rabies ini menjadi penyakit yang popular di Indonesia (Hindia Belanda saat itu). Rabies pada manusia dilaporkan lebih belakangan yaitu oelh de Haan pada tahun 1894. Campur tangan (intervensi) pemerintah terhadap pengendalian rabies secara formal telah dilakukan sejak era 1920-an, terbukti dengan penetapan ordonansi rabies – Hondsdolheids (Staatsblad 1926 No. 451 yo Staatblad 1926 No. 452) oleh pemerintah colonial Belanda.
Dalam sejarah pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia, walaupun ada wilayah yang berhasil dibebaskan, namun Indonesia tidak berhasil menghentikan perluasan daerah tertular rabies di Indonesia. Daerah tertular rabies yang semula hanya beberapa provinsi saja sebelum Perang Dunia II, telah meluas ke daerah lain yang semula bebas yaitu: Sumatera Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (1953), Sumatera Utara dan Sulawesi Utara (1956), Sulawesi Selatan (1958), Sumatera Selatan (1959), Lampung (1969), Aceh (1970), Jambi dan DI yogyakarta (1971), Bengkulu, DKI Jakarta dan Sulawesi Tengah (1972), Kalimantan Timur (1974) dan Riau (1975).
Pada decade 1990 an dan 2000 an Rabies masih terus menjalar ke wilayah yang sebelumnya bebas hitoris menjadi tertular  yaitu Pulau Flores (1998) Pulau Ambon dan Pulau Seram (2003), Halmahera dan Morotai (2005) Ketapang (2005) serta Pulau Buru (2006) kemudian Pulau Bali, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat di Provinsi Riau (2009). Saat ini provinsi yang bebas rabies Provinsi Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat.
  • Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah makalah ini adalah:
  1. Apa pengertian penyakit rabies?
  2. Bagaimana identifikasi penyakit rabies?
  3. Jelaskan mengenai agen penular penyakit rabies
  4. Bagaimana kejadian rabies di dunia?
  5. Jelaskan tentang reservoir penyakit rabies
  6. Bagaimana cara penularan penyakit rabies?
  7. Jelaskan manifestasi klinis penyakit rabies yang meliputi masa inkubasi dan masa penularan
  8. Jelaskan kerentanan dan ketahanan penyakit rabies
  9. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit rabies?
  • Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini adalah:
  1. Untuk mengetahui pengertian penyakit rabies
  2. Untuk mengetahui identifikasi penyakit rabies
  3. Untuk mengetahui agen penular penyakit rabies
  4. Untuk mengetahui kejadian rabies di dunia
  5. Untuk mengetahui reservoir penyakit rabies
  6. Untuk mengetahui cara penularan penyakit rabies
  7. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit rabies yang meliputi masa inkubasi dan masa penularan
  8. Untuk mengetahui kerentanan dan ketahanan penyakit rabies
  9. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit rabies
BAB II
PEMBAHASAN
2.1    Pengertian Penyakit Rabies
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat. Rabies yang menginfeksi kucing, anjing, atau kera dapat menular ke manusia melalui kontak dengan kelenjar saliva (air liur) hewan yang terinfeksi

2.2    Identifikasi

Suatu penyakit encephalomyelitis viral akut dan fatal; serangan biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise, perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang. Gejala yang sering muncul adalah eksitabilitas dan aerophobia. Penyakit ini berlanjut kearah terjadinya paresis atau paralisis, kejang otot-otot menelan menjurus kepada perasaan takut terhadap air (hydrophobia), diikuti dengan delirium dan kejang. Tanpa intervensi medis, basanya berlangsung 2-6 hari dan kadang-kadang lebih, 428 kematian biasanya karena paralisis pernafasan.
Diagnosa ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA yang spesifik terhadap jaringan otak atau dengan isolasi virus pada tikus atau sistem pembiakan sel. Diagnosa presumptive dapat ditegakkan dengan teknik pewarnaan FA spesifik dari potongan kulit yang dibekukan diambil dari kuduk kepaa bagian yang berambut. Diagnosa serologis didasarkan pada tes neutralisasi pada mencit atau kultur sel.

2.3    Agen penular
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Semua anggota genus ini mempunyai persamaan antigen, namun dengan teknik antibodi monoklonal dan nucleotide sequencing dari virus menunjukkan adanya perbedaan tergantung spesies binatang atau lokasi geografis darimana mereka berasal. Virus yang mirip dengan rabies yang ditemukan di Afrika (Mokola dan Duvenhage) jarang menyebabkan kesakitan pada manusia mirip seperti rabies dan jarang yang fatal. Lyssavirus baru telah ditemukan pertama kali pada tahun 1996, pada beberapa spesies dari Flying fox dan kelelawar di Australia dan telah menyebabkan dua kematian pada manusia dengan gejala penyakit seperti rabies. Virus ini untuk sementara diberi nama ”Lyssavirus kelelawar Australia”. Virus ini mirip dengan virus rabies namun tidak identik dengan virus rabies klasik. Sebagian penderita penyakit yang disebabkan oleh virus yang mirip rabies inim dengan teknik pemeriksaan standard FA test kemungkinan didiagnosa sebagai rabies.
Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi  Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur.

2.4    Kejadian
Tersebar di seluruh dunia, dengan perkiraan 35.000 – 40.000 kematian per tahun, hampir semuanya terjadi di negara berkembang. Dari tahun 1980 sampai dengan 1997, di Amerika Serikat, 36 kematian pada manusia oleh karena rabies telah dilaporkan; 12 diantaranya kemungkinan didapat di luar Amerika Serikat. Dari mereka yang diduga terinfeksi di Amerika Serikat, lebih dari separuh meninggal karena rabies yang dikaitkan dengan kelelawar. Sejak tahun 1950 kematian manusia karena rabies secara bertahap menurun, sebagai hasil dari pemberian imunisasi rabies secara rutin kepada anjing dan kucing dan meningkatnya efektivitas pengobatan prophylaxis pasca paparan. Rabies adalah penyakit yang terutama menyerang binatang. Daerah dengan populasi binatang yang saat ini bebas dari rabies hanyalah Australia, New Zaeland, Papua Nugini, Jepang, Hawaii, Taiwan, Oceania, United Kingdom, Irlandia, Iceland, Norwegia, Swedia, Finlandia, Portugal, Yunani, India bagian Barat dan Kepulauan Atlantik. Urban (atau Canine) rabies ditularkan oleh anjing, sedangkan sylvatic rabies adalah penyakit carnivora liar dan kelelawar, yang menular secara sporadis kepada anjing, kucing dan ternak.
Di Eropa, rabies rubah menyebar luas, namun telah menurun sejak tahun 1978 pada saat imunisasi dengan vaksin rabies oral dimulai; Di Eropa Barat, jumlah kasus rabies menurun drastis sejak tahun 1992, kecuali rabies pada kelelawar. Sejak tahun 1986 kasus rabies kelelawar telah dilaorkan dari Denmark, Belanda dan Jerman Barat. Di Amerika Serikat dan Kanada rabies liar sering melibatkan racoon, musang (skunk), rubah, coyotes dan kelelawar. Telah terjadi epizootik progresif diantara racoon di Amerika Serikat bagian Tenggara sejak lebih dari satu dekade dan sekarang telah mencapai New Enland, dan saat ini diantara coyotes dan anjing di Texas Selatan telah terjadi penyebaran virus ke binatang domestik dan umumnya adalah kepada kucing. Pada sebagian besar area di dunia, anjing merupakan vektor penting virus rabies untuk manusia. Akan tetapi, serigala (Eropa timur, daerah kutub utara), luwak (Afrika Selatan,Karibia), rubah (Eropa Barat) dan kelelawar (Amerika Selatan) juga merupakan vektor  penyakit yang penting. Di Amerika, rabies kucing sekarang ini dilaporkan lebih seringdaripada rabies anjing; sehingga vaksinasi kucing rumah sangat penting. Di Amerika, rabies pada binatang buas bertanggung jawab terhadap sekitar 85% rabies binatang yang dilaporkan,dengan anjing dan kucing hanya sekitar 2-3%.
Dilaporkan oleh WHO, setiap tahunnya kurang lebih ditemukan 40.000 kasus. Di Columbia hampir 2% penderita yang di otopsi menggambarkan suatu rabies. Di Amerika Serikat lebih dari 25 orang pertahun pada tahun 1940an tapi sejak tahun 1960 terdapat penurunan yakni hanya 6 orang pertahun. Di Amerika Serikat, pria lebih banyak dari wanita (1-4,6) pada penelitian ini ditemukan pria lebih banyak daripada wanita yakni pria sebanyak 4 orang (80 %) dan wanita hanya 1 orang (20%). Dengan kelompok umur terbanyak antara 61-70 tahun pada 2 orang (40%), 31-40 tahun pada 1 orang. (20%).
Kasus gigitan hewan penular rabies yang tahun 2009 tercatat 21.806 kasus, selama 2010 sampai 7 Oktober lalu melonjak menjadi 43.174 kasus. Adapun korban meninggal melonjak dari 28 orang pada tahun 2009 menjadi di atas 70 orang selama 2010.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.
Tahun 2010, terjadi pula kejadian luar biasa rabies di Pulau Nias dan daerah Maluku Tenggara yang sebelumnya tidak pernah terdapat rabies.
Sejauh ini, terdapat 24 provinsi yang melaporkan kasus rabies di daerahnya dan hanya sembilan provinsi bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat.

2.5    Reservoir

Sebagai reservoir adalah berbagai Canidae domestic dan liar, seperti anjing, serigala, coyote, rubah, dan mamalia menggigit lainnya. Kelelawar frugivorous (pemakan buah) dan insectivorous (pemakan serangga) ditemukan di Amerika Serikat dan Kanada bahkan Eropa. Di Negara berkembang Anjing tetap menjadi reservoir utama.

2.6    Cara penularan
Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia. Binatang yang sering menderita rabies adalah anjing, kucing, kelelawar dan kera. Selain lewat gigitan, rabies juga dapat ditularkan melalui mata, hidung, mulut dan luka yang terkontaminasi oleh air liur binatang yang terjangkit rabies. Penularan lewat cara ini sangat jarang terjadi, umumnya penularan melalui gigitan. Sedangkan penularan rabies dari manusia ke manusia sampai saat ini belum ada bukti maupun penelitian yang dapat membuktikannya, meskipun ada teori yang menyatakan bahwa rabies dapat ditularkan dari orang ke orang namun pada kenyataannya tidak dapat dibuktikan


2.7    Manifestasi klinis
2.7.1    Masa Inkubasi
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun

2.7.2    Masa Penularan
Pada anjing dan kucing, terjadi untuk 3-10 hari sebelum ada gejala klinik (jarang lebih dari 3 hari) dari penyebaran penyakit secara keseluruhan. Penularan sangat jarang terjadi pada periode yang panjang

2.8    Kerentanan dan ketahanan

    Semua  hewan yang berdarah pans adalah hewan rentan dan ketahanan manusia tergantung dari daya tahan tubuh yang dimiliki. Semua mamalia rentan terhadap rabies dengan berbagai tingkatan yang sangat dipengaruhi oleh strain virus. Manusia paling resisten terhadap infeksi dibandingkan dengan banyak spesies binatang, hanya sekitar 40% dari orang Iran yang dipastikan digigit binatang yang menderita rabies berkembang menjadi sakit.

2.9    Pencegahan dan penanggulangan
    2.9.1    Pencegahan

Jadilah pemelihara hewan yang baik dengan :
  • Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya. 
  •  Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda. 
  • Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan. 
  • Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
  • Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda. 
  • Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
  • Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan coba coba memberi mereka makan, membelai ataupun memelihara mereka di rumah walaupun kelihatan sangat jinak. 
  • Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
  • Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit rabies, segeralah ke pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi rabies


2.9.2    Penanggulangan

Tindakan Penanganan Kasus Gigitan
Setiap penderita kasus gigitan oleh hewan penular rabies harus diduga   sebagai tersangka rabies, tindakan yang harus dilakukan adalah:
  • Pertolongan pertama terhadap penderita gigitan:
  1. Luka gigitan dicuci dengan detergen selama 5-10 menit, keringkan dan diberi yodium tinture atau alcohol 70% 
  2.  Penderita di bawah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
  • Kejadian penggigitan dilaporkan ke petuga Dinas Peternakan/Pertanian setempat.
  • Hewan yang menggigit harus ditangkap dan dilaporkan ke Dinas Peternakan/Pertanian untuk diobeservasi. Diamati selama 14 hari, jika hewan mati dengan gejala rabies dalam masa masa obeservas maka hewan tersangka dinyatakan positif rabies
  • Apabila dalam masa observasi hewan tetap sehat maka hewan tersebut divaksinasi anti rabies dan dikembalikan pada pemiliknya atau dibunuh bila tidak ada pemilik.
Peraturan perundang-undangan tentang rabies yakni tahun 1926 pemerintah telah mengeluarkan peraturan tentang rabies pada anjing, kucing, dan kera. Yaitu Hondsdol heid Ordonantie Staatblad No. 452 tahun 1926 dan pelaksanaannya termuat dalam Staatblad No. 452 tahun 1926.
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.
Vaksinasi rabies pada manusia direkomendasikan kepada para pelancong yang tinggal atau bepergian ke negara endemik rabies selama lebih dari 30 hari. Vaksinasi pra-penularan tidak begitu saja mencegah penularan rabies, namun vaksinasi pra-penularan ini harus diikuti dengan tindakan pasca-penularan, yaitu dengan pemberian vaksin immunoglobulin untuk rabies. Selain para pelancong, vaksin rabies juga direkomendasikan kepada orang-orang yang aktivitasnya beresiko untuk tertular rabies, seperti pemburu, penjaga hutan, pekerja laboratorium, breeder anjing, pekerja pemotongan hewan, dan dokter hewan. Orang-orang yang beresiko ini harus secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan setiap 2 tahun untuk memeriksakan tingkat kekebalan tubuhnya atau untuk mendapatkan vaksin rabies. 

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Rabies merupakan salah satu penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, di mana agen infektifnya berupa virus rabies yang menginfeksi susunan saraf pusat.
 
Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dan genus Lysavirus.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah kasus gigitan hewan penular rabies meningkat pesat dua tahun belakangan ini. Pada tahun 2008, kasus gigitan hewan penular rabies 20.926 kasus dan 104 orang meninggal karena rabies. Pada tahun 2009, jumlah gigitan naik menjadi 42.106 kasus dengan jumlah orang yang meninggal karena rabies 137 orang. Tahun 2010 hingga bulan Agustus, jumlah korban gigitan hewan penular 40.180 kasus dengan kematian 113 orang.
Penyakit rabies ditularkan melalui gigitan binatang. Kuman yang terdapat dalam air liur binatang ini akan masuk ke aliran darah dan menginfeksi tubuh manusia.
Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun
Untuk pengendalian, saat ini, WHO telah mengendalikan penularan rabies dengan melakukan pemberian vaksin ke beberapa negara berkembang, meskipun dalam jumlah yang terbatas.Vaksin immunoglobulin (antibodi) yang direkomendasikan untuk kasus rabies kategori III memiliki harga yang mahal dan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas. Oleh karena itu, WHO memberikan vaksin immunoglobulin rabies yang berasal dari kuda (purified equine immunoglobulin) untuk digunakan sebagai campuran immunoglobulin manusia untuk menutupi kekurangan vaksin di beberapa negara ini.

Saran
Adapun yang menjadi saran penulis terhadap pembaca khuusnya yang memiliki hewan peliharaan yakni kucing, anjing, dll agar dapat menjadi seorang pemelihara yang baik dengan selalu melakukan pemeriksaan hewan peliharaan mengingat penyakit-penyakit yang dapat menyerang hewan tersebut yang tidak menutup kemungkinan mendatangkan bahaya terhadap pemelihara itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.facebook.com/topic.php?uid=55864661117&topic=10052

http://www.animalgate.com/pub/article.php?id=224
http://health.kompas.com/read/2010/10/25/09275732/Rabies.Tragedi.Manusia.dan.Hewan

http://nursingbegin.com/penyakit-rabies-serta-penatalaksanaannya/
(http://www.steve.gb.com, 2006)
[[http://medicastore.com/penyakit/225/Rabies_anjing_gila.htmlperut]]. <ref name="tabanankab"/>
http://www.antaranews.com/berita/1256562409/waspadai-rabies